ayo Ajak Anak Mengenal dunia Pertanian


Semilir angin di antara dedaunan padi, mengiring langkah-langkah kaki yang menapaki pematang sawah. Sejauh mata memandang, hamparan sawah dengan tanaman padi yang hampir menguning, tampak begitu menentramkan.
Suasana alam pedesaan seperti itu akan mewarnai setiap kunjungan ke Gasol Pertanian Organik (GPO), “The House of Paddy”. Gasol, nama sebuah desa di Cianjur, Jawa Barat, di kaki gunung Gede yang berada di ketinggian 680 m dpl, dengan suhu udara 21oC—27oC. Masyarakat Gasol umumnya petani padi, dan daerah ini merupakan salah satu sentra produksi beras.

Lestarikan Padi Lokal
Dulu, Cianjur terkenal sebagai daerah penghasil beras yang berkualitas di Jawa Barat. Tapi sekarang ini beras-beras lokal dari Cianjur sudah mulai tergeser oleh jenis baru yang bisa memberikan nilai insentif lebih bagi petani. Hal inilah yang membuat Ika Suryanawati, pemilik GPO, tertarik untuk mengembangkan beberapa varietas padi yang banyak dilupakan petani sekitar. “Jangan sampai varietas padi unggul lokal ini punah. Saya sangat menyayangkan lantaran beberapa petani lebih tertarik mengembangkan padi jenis lain,” katanya.
Itu sebabnya Ika tergerak untuk melestarikan dan menyelamatkan varietas lokal. Di atas lahan selaus 2,5 hektar GPO mengembangkan varietas lokal Cianjur. Lahan pertanian miliknya inilah yang kemudian dijadikan sebagai tempat wisata pertanian dengan nama GPO.
Meskipun belum digarap sepenuhnya secara profesional, namun GPO sudah tampak rapi dalam menata dan menyajikan daya tarik ke setiap pengunjung yang datang. Agar lebih menarik, GPO pun telah menjalin kerjasama dengan beberapa tempat wisata lain.

Banyak Paket
Apa saja yang bisa di nikmati di Gasol? Tampaknya, tempat berhawa sejuk itu cocok sebagai tempat belajar tentang pertanian, terutama bagi anak-anak. “Beberapa orang tua memang banyak yang tertarik untuk mengajak anak-anaknya mengetahui kehidupan dan kegiatan para petani secara nyata di sini,” papar Ika.
Di GPO, pengunjung dapat merasakan bagaimana kehidupan petani. Pengunjung pun bisa mengikuti kegiatan bertani yang sesungguhnya. Seperti membajak sawah dengan kerbau, bercocok tanam padi, dan panen.
Anda juga akan diperkenalkan pada beberapa jenis padi, cara penanamannya, sampai proses pengolahan menjadi nasi yang pulen. “Melalui edukasi ini diharapkan pengunjung mengetahui bahwa kita memiliki beras-beras unggul dengan citarasa yang tak kalah dengan beras-beras dari luar negeri,” jelas Ika.
Budidaya padi yang diterapkan di GPO yakni sistem organik. Oleh sebab itu itu, pengunjung pun akan melihat pembuatan kompos bokashi.
Paket lain yang ditawarkan adalah paket teh. Anda akan dibawa berkunjung ke Pabrik Teh PTP VIII Tanawatee. Plus minum secangkir teh panas dengan beberapa kue tradisional, melihat proses pembuatan teh, dan tea walk.
Bagi pengunjung yang ingin mendapatkan tantangan seru malam hari sebaiknya memilih paket obor. Karena paket ini memiliki nuansa berbeda, pada malam hari pengunjung diajak untuk menangkap belut di sawah (ngobor belut). Kegiatan ini semakin mengesankan lantaran pemandagan alam yang indah, tentram, dan syahdu. Makan dan minum ditemani obor sambil mendengarkan bunyi kodok, jengkerik, dan beberapa binatang malam. Sebelum itu, di pagi harinya, peserta diajak jalan-jalan ke sawah, membajak sawah, main air di sungai, dan beberapa kegiatan santai seperti main bola serta enggrang.

Piring Daun Pisang
Usai berkeliling di sawah, Anda singgah di pondok untuk menikmati pulennya nasi dari beras organik. Anda bisa menyantap hidangan bersama-sama. Sebab, makanan di sajikan pada selembar daun pisang yang diletakkan di atas tikar. Hidangan tersaji untuk enam orang.
Nasi yang disajikan berasal dari beras merah lokal beraroma wangi. Aroma nasi hangat akan semakin menggoda saat lauk khas desa tersaji menemani santap siang setelah seharian keliling ke sawah. Sepiring oseng ikan peda cabe ijo, ikan mas duri lunak, oseng teri, ayam goreng bumbu kuning, sayur asem, tahu dan tempe goreng, serta lalapan lengkap dengan sambal terasi. Selain nasi merah, disediakan pula nasi liwet yang tak kalah pulen dan wangi. Suasana santap siang itu semakin menentramkan hati, lantaran diiringi lantunan tembang Sunda dari seorang pesinden dengan iringan musik tradisional.
Ayo kita ke Gasol!

Indahnya Anggrek di Taman Nasional Gunung Halimun



Pusat Penelitian Cikaniki, yang merupakan bagian dari Taman Nasional Gunung Halimun (TNGH), Jabar, adalah tempat yang tepat untuk menikmati keindahan alam hutan tropis. Untuk menyaksikan keindahan beragam flora dan fauna di TNGH, Anda mesti melewati canopy trail atau jembatan tajuk. Jembatan itu berada 25 m—30 m di atas permukaan tanah, menghubungkan lima pohon yang terbentang sepanjang 100 m Jembatan yang dibangun oleh Japan International Coorporation Agency (JICA) pada 1999 itu, awalnya hanya untuk penelitian ilmiah serangga, burung, dan primata. ”Kini jembatan ini menjadi salah satu tempat rekreasi, karena banyak pengunjung yang berminat naik dan mengamati keindahan panorama di atas,” ungkap Mang Unen, salah seorang pemandu di sana. Jembatan berkerangka besi, berlantai plat anti karat, dan berpagar tali ini ditautkan pada pilar hidup berupa lima pohon rasamala. Di sepanjang jembatan itu, Anda dapat menyaksikan keindahan beragam serangga, aneka buah, dan anggrek yang tumbuh epifit atau menempel pada tanaman induknya. Bahkan jika beruntung pengunjung bisa bertemu dengan Owa Jawa (Javan Gibbon), primata yang banyak terdapat di kawasan tersebut. Pemandu Pintar Bila Anda tertarik untuk menyusuri hutan hujan tropis TNGH, Anda tak perlu khawatir kesasar Sebab, setiap pengunjung akan selalu dipandu. Pengunjung biasanya dipandu dalam kelompok kecil, 5—10 orang. Para pemandu yang merupakan warga setempat ini sudah dibekali ilmu pengetahuan lumayan luas tentang tanaman dan hewan yang ada di seputar TNGH. “Kami pernah mendapat pelatihan sebagai pemandu, sehingga kami harus bisa menjelaskan apa yang ada di seputar taman nasional ini,” papar Mang Unen. Dengan adanya pemandu, para pengunjung bisa merasa nyaman dan aman. Juga untuk menghindari pengunjung membuat jalur perlintasan sendiri, dan mengamankan flora serta fauna yang ada. Unen maupun pemandu lainnya akan menjelaskan pada pengunjung mengenai segala hal। Bahkan tanpa diminta pun Unen akan bercerita dengan senang hati berbagai biota yang luput dari pengamatan pengunjung। Seperti kawasan hutan hujan tropis lainnya, Cikaniki hampir setiap hari diguyur hujan, khususnya pada Oktober—April। Pada bulan-bulan tersebut, panorama hutan semakin cantik oleh curahan air hujan yang membasahi seluruh tumbuhan। Menyentuh dan menatap pepohonan di puncaknya bisa memberikan kepuasan tersendiri pada para pengunjung karena kesempatan seperti ini masih sangat langka.
Laboratorium Alam Selain bisa menyusuri hutan di atas pohon melalui jembatan tajuk, di daratan juga tersedia jalan setapak (loop trail) sepanjang 2 km। Sepanajang jalan ini disebut-sebut sebagai laboraturium hidup hutan hujan tropis। Disebut demikian karena jalan setapak yang menghubungkan desa Cikaniki dengan Citalahab ini banyak dipenuhi berbagai tumbuhan dan satwa khas hutan hujan tropis di dataran tinggi (500–2।000 m di atas permukaan laut). Berbagai tumbuhan yang ada memiliki ketinggian bervariasi, mulai dari perdu hingga pohon rasamala setinggi 25 m. Selain itu bagi pecinta anggrek, hutan ini merupakan surga. Sebab beraneka anggrek tumbuh subur menutupi bagian dasar hutan.
Menurut hasil penelitian LIPI, di TNGH terdapat sekitar 280 jenis anggrek. Satu jenis anggrek yang paling ditunggu pecinta anggrek saat mekar adalah, anggrek tricolor. Ada juga jenis lain seperti Bulbophillum maupun Dendrobium. Di dasar hutan juga tampak jamur yang dapat mengeluarkan sinar, kantung semar, dan rumah semut. Perjalanan menyusuri jalan setapak dari pusat penelitian Cikaniki akan melewati sejumlah anak sungai yang airnya jernih, melintasi bebatuan yang menimbulkan bunyi gemercik. Anak sungai itu mengalir menuju sungai yang lebih besar dan bergabung dengan Sungai Cisadane.
Kicau burung yang bersahut-sahutan juga merupakan daya tarik tersendiri bagi peminat yang ingin mengamati aneka burung. Sebab, di TNGH terdapat 244 jenis burung termasuk Elang Jawa yang kini langka. Jalan setapak tersebut akan berakhir di mulut Desa Citalahab.
Penduduk Desa Citalahab menyediakan kamar di rumahnya untuk disewakan bagi wisatawan. Anda cukup mengeluarkan kocek Rp250 ribu/kamar/malam untuk 3—4 orang. Sedangkan jasa pemandu Rp75.000/kelompok. Untuk ke stasiun penelitian di Cikaniki, bisa ditempuh melalui Kecamatan Kabandungan, Sukabumi dengan kendaraan bermotor. Dari Jakarta menempuh waktu sekitar 2,5—3 jam. Jalan ke Kabandungan cukup baik dan tersedia kendaraan angkutan umum. Tapi saat memasuki kawasan taman nasional, jalan hanya berupa jalan berbatu sepanjang 28 km. Sebelum masuk kawasan, setiap pengunjung mesti membayar tiket Rp4.500.

Agrowisata Kebun Teh Pagilaran Keindahan Alam Yang Memukau



Di samping harus tetap mempertahankan produk utamanya sebagai sentra penghasil teh terbesar di Jawa Tengah, PT Pagilaran membuka kebun yang terletak di Desa Keteleng, Kecamatan Blado, Batang sebagai areal agrowisata.
Agrowisata Kebun Teh Pagilaran (AKTP) masih menjadi andalan Jateng dalam menarik wisatawan mancanegara dan nusantara. “Dalam setahun terakhir ini, jumlah kunjungan wisatawan hampir mencapai 50.000 orang,” kata Kepala Bagian Pariwisata Agrowisata Pagilaran Ir. Supriyono.
Dalam sejarahnya, kebun ini didirikan pada tahun 1880 oleh sebuah maskapai milik Belanda. Pada 1922, perkebunan ini dibeli Pemerintah Inggris, dan digabung dengan PT Pemanukan and Tjiasem Land's hingga hak guna usaha-nya habis pada 1964. Pemerintah Indonesia kemudian mengambil-alih menyerahkan pengelolaan perkebunan tersebut kepada Fakultas Pertanian UGM, dengan tujuan peningkatan pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi, sekaligus dijadikan sebagai perusahaan dengan nama PN Pagilaran dan berubah menjadi Peseroan Terbatas.
“Yang menarik dari Agrowisata Kebun Teh Pagilaran adalah sajian atraksi alam yang memukau dilokasi dengan ketinggian antara 1000 - 1700 meter di atas permukaan laut,” tambah Supriyono. Selain itu pengunjung yang datang bisa mengetahui dan menikmati prosesing teh dari cara menanam hingga siap disajikan di meja.
Tempat Menentramkan Bathin
AKTP secara tidak sengaja dirancang menjadi agrowisata ini memiliki beberapa keunggulan yang diminati wisatawan manca negara dan nusantara. Pemandangan alam di sekitarnya memang eksotik dengan hamparan kebun teh yang mempesona di sebelah utara Pegunungan Dieng.
Dengan suhu 15-18 derajat Celcius pada malam hari, dan 21-25 derajat Celcius pada siang hari. Wajar jika lingkungan menjadi sehat, alami, segar, serta jauh dari kebisingan dan polusi kendaraan bermotor. Setiap pengunjung akan merasakan hawa sejuk yang menenteramkan batin dan pikiran.
Pabrik teh yang ada di lokasi kebun juga merupakan daya tarik sendiri karena pengunjung bisa melihat langsung proses pembuatan teh, mulai dari pemetikan, pengolahan sampai pengepakan di pabrik. “Obyek wisata ini bisa menjadi ajang pembelajaran bagi siapa saja yang ingin melihat dari dekat proses industri teh, mulai dari hulu hingga hilir,” kata Ir. Supriyono.
Di AKTP berbagai fasilitas juga bisa didapat pengunjung, mulai penginapan yang mampu menampung 130 orang 8 lokasi penginapan, sarana olah raga, arena berkemah, arena bermain anak-anak, gardu pandang, dan dapur masak. Untuk mengantar pengunjung mengelilingi kebun, pihak pengelola juga menyediakan sarana transportasi dan pemandu lokal.
Tak Hanya Jalan-Jalan di Kebun Teh
Selain wisata jalan-jalan di kebun teh pengunjung bisa juga mengikuti berbagai paket wisata yang ditawarkan pengelola seperti wisata pendidikan, wisata ke pabrik melihat procesing tea, hiking, treking, dan lain sebagainnya. Bahkan, pengelola juga menyediakan arena wisata minat khusus berupa kunjungan ilmiah mengenai tanaman teh.
Selain itu ada beberapa objek pendukung seperti Curung Binorong dan Curung Kembar, hamparan cengkeh di sepanjang lereng pegunungan, objek peninggalan sejarah seperti rumah peninggalan Belanda, kopel, kereta gantung, dan bak air Sijegang.
AKTP dapat ditempuh dengan kendaraan umum dari Batang, dengan rute Bandar - Blado - Pagilaran. Sedangkan untuk kendaraan pribadi dan kendaraan khusus (misalnya rombongan wisata), objek ini bisa ditempuh melalui beberapa rute.
Apabila kendaraan berangkat dari Yogyakarta, maka bisa melalui Temanggung yang membutuhkan waktu tempuh sekitar 3,5 jam. Sedangkan kendaraan dari Semarang bisa melewati Sukorejo, Kendal, yang mana hanya memerlukan waktu sekitar 2,5 jam. Sedangkan kendaraan dari arah Solo memerlukan waktu sekitar 4,5 jam.
Mentari Terbit dan Tenggelam di Kayu Landak
Sebagaian kecil kebesaran Illahi di AKTP bisa dinikmati dari mulai matahari terbit hingga matahari terbenam. Untuk melihat suasana indah saat matahari terbit bagi pengunjung yang menginap harus bersedia bangun pagi (04.00), karena untuk bisa menyaksikannya tempat paling cocok adalah di puncak tertinggi di lokasi Kayu Landak.
Untuk menuju Kayu Landak dibutuhkan waktu antara 30 menit hingga 90 menit. 30 menit bagi yang berkendaraan dan 1 jam 30 menit untuk yang berjalan kaki. Untuk rute perjalanan menuju Kayu Landak bisa melintasi jalan utama yang digunakan bagi kendaraan pabrik untuk mengankut teh setelah dipetik atau melalui jalan setapak yang biasa dilalui pemetik teh.
Khususnya untuk mobil tidak bisa melintasi jalan pemetik teh karena terlalu sempit. Jalanan menuju ke kebun teh hanya untuk satu mobil jadi kalau ingin mengendarai mobil ke puncak tersebut, jika bertemu dengan mobil pabrik jenis truck harus rela mengalah dan mundur cari tempat yang lebih luas untuk memberikan kesempatan mobil pabrik melintas.
Melintasi jalan bebatuan dengan berkendaraan maka kelokan tajam, tanjakan dan turunan yang terjal akan dijumpai dan bagi pemilik jiwa petualang lokasi ini sangat sesuai sebagai tempat latihan. Namun bagi yang hanya sekedar refreshing pengalaman baru ini tidak akan terlupakan.
Untuk menuju Kayu Landak dengan berbagai kondisi jalan maka jenis kendaraan offroad sangat dianjurkan seperti ATV, motor trail, sepeda gunung (sangat cocok untuk melintasi jalan-jalan di kebun teh atau melalui jalan pemetik teh) dan mobil offroad kecil.
Segala capek penat setelah berkendaraan dan berjalan menuju puncak Kayu Landak akan terbayar dengan keindahan yang memukau saat mentari menyapa bumi di puncak tertinggi Provinsi Jateng ini. Saat itu pula burung pentet, kutilang dan berbagai serangga saling bersahutan menyambut datangnya sang pagi.
Bagi pengunjung yang tidak menginap di lokasi ini atau yang datang siang hari, setelah melakukan tiwok, janganlah terburu untuk pulang. Atraksi alam lain dari Sang Khalik pun bisa disaksikan di tempat yang sama. Kalau di pagi hari tidak bisa menyaksikan matahari terbit, di puncak ini pula di sore hari mentari yang turun keperaduan bisa disaksikan. Lengkap sudah perjalanan wisata di AKTP, cobalah untuk datang dan menikmatinya.

Budidaya Kacang Tanah


I. PENDAHULUAN
Produksi komoditi kacang tanah per hektarnya belum mencapai hasil yang maksimum. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh faktor tanah yang makin keras (rusak) dan miskin unsur hara terutama unsur hara mikro serta hormon pertumbuhan. Disamping itu juga karena faktor hama dan penyakit tanaman, faktor iklim, serta faktor pemeliharaan lainnya.
PT. NASA berusaha berperan meningkatkan produksi secara Kuantitas dan Kualitas dengan tetap memelihara Kelestarian lingkungan ( Aspek K - 3 ).

II. SYARAT PERTUMBUHAN
2.1. Iklim
a. Curah hujan antara 800-1.300 mm/tahun. Hujan yang terlalu keras akan mengakibatkan bunga sulit terserbuki oleh serangga dan akan meningkatkan kelembaban di sekitar pertanaman kacang tanah.
b. Suhu udara sekitar 28-320C. Bila suhunya di bawah 100C, pertumbuhan tanaman akan terhambat, bahkan kerdil.
c. Kelembaban udara berkisar 65-75 %.
d.Penyinaran matahari penuh dibutuhkan, terutama kesuburan daun dan perkembangan besarnya kacang.

2.2. Media Tanam
a. Jenis tanah yang sesuai adalah tanah gembur / bertekstur ringan dan subur.
b. pH antara 6,0-6,5.
c. Kekurangan air akan menyebabkan tanaman kurus, kerdil, layu dan akhirnya mati.
d. Drainase dan aerasi baik, lahan tidak terlalu becek dan kering baik bagi pertumbuhan kacang tanah.

2.3. Ketinggian Tempat
Ketinggian penanaman optimum 50 - 500 m dpl, tetapi masih dapat tumbuh di bawah ketinggian 1.500 m dpl.

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
3.1. Pembibitan
3.1.1. Persyaratan Benih
Syarat-syarat benih/bibit kacang tanah yang baik adalah:
a. Berasal dari tanaman yang baru dan varietas unggul.
b. Daya tumbuh yang tinggi (lebih dari 90 %) dan sehat.
c. Kulit benih mengkilap, tidak keriput dan cacat.
d. Murni atau tidak tercampur dengan varietas lain.
e. Kadar air benih berkisar 9-12 %.

3.1.2. Penyiapan Benih
Benih sebaiknya disimpan di tempat kering yang konstan dan tertutup rapat. Untuk menjamin kualitas benih, lebih baik membeli dari Balai Benih atau Penangkar Benih yang telah ditunjuk oleh Balai Sertifikasi Benih.

3.2. Pengolahan Media Tanam
3.2.1. Persiapan dan Pembukaan lahan
Pembukaan lahan dengan pembajakan dan pencangkulan untuk pembersihan lahan dari segala macam gulma (tumbuhan pengganggu) dan akar-akar pertanaman sebelumnya, serta untuk memudahkan perakaran tanaman berkembang dan menghilangkan tumbuhan inang bagi hama dan penyakit.

3.2.2. Pembentukan Bedengan
Buat bedengan ukuran lebar 80 cm, panjang menyesuaikan, ketebalan bedengan 20-30 cm. Diantara bedengan dibuatkan parit.

3.2.3. Pengapuran
Untuk menaikkan pH tanah, terutama pada lahan yang bersifat sangat masam dilakukan pengapuran dengan dosis + 1 - 2,5 ton/ha selambat-lambatnya 1 bulan sebelum tanam.

3.2.4. Pemberian Natural GLIO
Untuk mencegah terjadinya serangan jamur berikan Natural GLIO. Pengembangbiakan Natural GLIO dengan cara: 1-2 sachet Natural GLIO dicampur dengan 50-100 kg pupuk kandang untuk lahan 1000 m2. Selanjutnya didiamkan di tempat yang terlindung dari sinar matahari + 1 minggu dengan selalu menjaga kelembabannya dan sesekali diaduk (dibalik) . Pemberian Natural GLIO pada sore hari.

3.2.5. Pemberian Pupuk Makro dan SUPER NASA
Jenis dan dosis pupuk setiap hektar adalah:
a. Pupuk kandang 2 - 4 ton/ha, diberikan pada permukaan bedengan kurang lebih seminggu sebelum tanam, dicampur pada tanah bedengan atau diberikan pada lubang tanam.
b. Pupuk anorganik : SP-36 (100 kg/ha), ZA (100 kg/ha) dan KCl (50 kg/ha) atau sesuai rekomendasi setempat.
c. Siramkan pupuk POC NASA yang telah dicampur air secara merata di atas bedengan dengan dosis ± 1-2 botol (500-1000 cc) diencerkan dengan air secukupnya untuk setiap 1000 m2 (10-20 botol/ha). Hasil akan lebih bagus jika menggunakan SUPER NASA.

Adapun cara penggunaan SUPER NASA sbb :
alternatif 1 : 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan induk. Setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram bedengan.
alternatif 2 : setiap 1 gembor vol 10 lt diberi 1 peres sendok makan Super Nasa untuk menyiram + 10 meter bedengan.

Semua dosis pupuk makro diberikan saat tanam. Pupuk diberikan di kanan dan kiri lubang tugal sedalam 3 cm.

3.3. Teknik Penanaman
3.3.1. Penentuan Pola Tanam
Pola tanam memperhatikan musim dan curah hujan. Pada tanah yang subur, benih kacang tanah ditanam dalam larikan dengan jarak tanam 40 x 15 cm, 30 x 20 cm, atau 20 x 20 cm.

3.3.2. Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam dibuat sedalam 3 cm menggunakan tugal dengan jarak seperti yang telah ditentukan di atas.

3.3.3. Perendaman Benih dengan POC NASA
Pilih benih yang baik dan agar benih dapat berkecambah dengan cepat dan serempak, benih direndam dalam larutan POC NASA (1-2 cc/liter air) selama + 0,5 1 jam.

3.3.4. Cara Penanaman
Masukan benih 1 atau 2 butir ke dalam lubang tanam dengan tanah tipis. Waktu tanam yang paling baik dilahan kering pada awal musim hujan, di lahan sawah dapat dilakukan pada bulan April-Juni (palawija I) atau bulan Juli-September (palawija II).

3.4. Pemeliharaan Tanaman
3.4.1. Penyulaman
Sulam benih yang tidak tumbuh atau mati, untuk penyulaman lebih cepat lebih baik (setelah yang lain kelihatan tumbuh ± 3-7 hari setelah tanam).

3.4.2. Penyiangan dan Pembumbunan
Penyiangan dilakukan 2 kali umur 1 dan 6 minggu dengan hati-hati agar tidak merusak bunga dan polong.
Pembumbunan dilakukan bersamaan saat penyiangan, bertujuan untuk menutup bagian perakaran.

3.4.3. Pemberian POC NASA dan HORMONIK
Penyemprotan POC NASA dilakukan 2 minggu sekali semenjak berumur 1-2 minggu (4-5 tutup POC NASA/tangki). Kebutuhan total POC NASA untuk pemeliharaan 1-2 botol per 1000 m2 (10-20 botol/ha). Akan lebih bagus jika penggunaan POC NASA ditambahkan HORMONIK (3-4 tutup POC NASA + 1 tutup HORMONIK/tangki). Pada saat tanaman berbunga tidak dilakukan penyemprotan, karena dapat mengganggu penyerbukan.

3.4.5. Pengairan dan Penyiraman
Pengairan dilakukan agar tanah tetap lembab. Untuk menjaga kelembaban pada musim kemarau dapat diberikan mulsa (jerami dan lain-lain). Saat berbunga tidak dilakukan penyiraman, karena dapat mengganggu penyerbukan.

3.4.6. Pemeliharaan Lain
Hal-hal lain yang sangat menunjang faktor pemeliharaan bisa dilakukan, misalnya pemangkasan, perambatan, pemeliharaan tunas dan bunga serta sanitasi lingkungan lahan (dijaga agar menunjang kesehatan tanaman).

3.5. Hama dan Penyakit
3.5.1. Hama
a. Uret
Gejala: memakan akar, batang bagian bawah dan polong. Akhirnya tanaman layu dan mati. Pengendalian: olah tanah dengan baik, penggunaan pupuk kandang yang sudah matang, menanam serempak, penyiangan intensif, Penggunaan Pestona dengan cara disiramkan ke tanah, jika tanaman terlanjur mati segera dicabut dan uret dimusnahkan.
b. Ulat Penggulung Daun
Gejala: daun terlipat menguning, akhirnya mengering. Pengendalian: penyemprotan menggunakan Pestona.
c. Ulat Grayak (Spodoptera litura)
Gejala: ulat memakan epidermis daun dan tulang secara berkelompok. Pengendalian: (1) bersihkan gulma, menanam serentak, pergiliran tanaman; (2) penyemprotan menggunakan Natural Vitura.
d. Ulat Jengkal (Plusia sp)
Gejala: menyerang daun kacang tanah. Pengendalian: penyemprotan menggunakan Pestona.
e. Kumbang Daun
Gejala: daun tampak berlubang, daun tinggal tulang, juga makan pucuk bunga. Pengendalian: (1) penanaman serentak; (2) penyemprotan menggunakan Pestona.

3.5.2. Penyakit
a. Penyakit layu atau “Omo Wedang”
Penyebab: bakteri Xanthomonas solanacearum (E.F.S.). Gejala: daun terkulai seperti disiram air panas, akhirnya mati. Bila dipotong tampak noda coklat pada bagian pembuluh kayu dan bila dipijit keluar lendir kekuningan. Akar tanaman membusuk. Pengendalian: Pergiliran tanaman, gunakan varietas yang tahan. Penting melakukan pencegahan menggunakan Natural GLIO.
b. Penyakit sapu setan
Penyebab: Mycoplasma (sejenis virus). Diduga ditularkan serangga sejenis Aphis. Gejala: bunga berwarna hijau tua seperti daun-daun kecil, ruas-ruas batang dan cabang menjadi pendek, daun-daun kecil rimbun. Pengendalian: tanaman dicabut, dibuang dan dimusnahkan, semua tanaman inang dibersihkan (sanitasi lingkungan), menanam tanaman yang tahan, menanggulangi vektornya menggunakan Pestona atau Natural BVR.
c. Penyakit Bercak Daun
Penyebab : Jamur Cercospora personata dan Cercospora arachidicola. Gejala: timbul bercak-bercak berukuran 1-5 mm, berwarna coklat dan hitam pada daun dan batang. Pengendalian: dengan menggunakan Natural GLIO di awal tanam sebagai tindakan pencegahan.
d. Penyakit Gapong
Penyebab: diduga Nematoda. Gejala: Polong kosong, juga bisa busuk. Pengendalian: tanahnya didangir dan dicari nematodanya.
e. Penyakit Sclerotium
Penyebab: cendawan Sclerotium rolfsii. Gejala: tanaman layu. Pengendalian: gunakan varietas yang resisten, air jangan sampai menggenang, membakar tanaman yang terserang cendawan. Pencegahan: gunakan Natural GLIO pada awal tanam
f. Penyakit Karat
Penyebab: cendawan Puccinia arachidis Speg. Gejala: pada daun terdapat bercak-bercak coklat muda sampai coklat (warna karat). Daun gugur sebelum waktunya. Pengendalian: gunakan varietas yang resisten, tanaman yang terserang dicabut dan dibakar. Pencegahan: gunakan Natural GLIO pada awal tanam.

Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.
3.6. Panen
Umur panen tanaman kacang tanah tergantung dari jenisnya yaitu umur pendek ± 3-4 bulan dan umur panjang ± 5-6 bulan. Adapun ciri-ciri kacang tanah sudah siap dipanen antara lain:
a) Batang mulai mengeras.
b) Daun menguning dan sebagian mulai berguguran, Polong sudah berisi penuh dan keras.
c) Warna polong coklat kehitam-hitaman.