Di samping harus tetap mempertahankan produk utamanya sebagai sentra penghasil teh terbesar di Jawa Tengah, PT Pagilaran membuka kebun yang terletak di Desa Keteleng, Kecamatan Blado, Batang sebagai areal agrowisata.
Agrowisata Kebun Teh Pagilaran (AKTP) masih menjadi andalan Jateng dalam menarik wisatawan mancanegara dan nusantara. “Dalam setahun terakhir ini, jumlah kunjungan wisatawan hampir mencapai 50.000 orang,” kata Kepala Bagian Pariwisata Agrowisata Pagilaran Ir. Supriyono.
Dalam sejarahnya, kebun ini didirikan pada tahun 1880 oleh sebuah maskapai milik Belanda. Pada 1922, perkebunan ini dibeli Pemerintah Inggris, dan digabung dengan PT Pemanukan and Tjiasem Land's hingga hak guna usaha-nya habis pada 1964. Pemerintah Indonesia kemudian mengambil-alih menyerahkan pengelolaan perkebunan tersebut kepada Fakultas Pertanian UGM, dengan tujuan peningkatan pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi, sekaligus dijadikan sebagai perusahaan dengan nama PN Pagilaran dan berubah menjadi Peseroan Terbatas.
“Yang menarik dari Agrowisata Kebun Teh Pagilaran adalah sajian atraksi alam yang memukau dilokasi dengan ketinggian antara 1000 - 1700 meter di atas permukaan laut,” tambah Supriyono. Selain itu pengunjung yang datang bisa mengetahui dan menikmati prosesing teh dari cara menanam hingga siap disajikan di meja.
Tempat Menentramkan Bathin
AKTP secara tidak sengaja dirancang menjadi agrowisata ini memiliki beberapa keunggulan yang diminati wisatawan manca negara dan nusantara. Pemandangan alam di sekitarnya memang eksotik dengan hamparan kebun teh yang mempesona di sebelah utara Pegunungan Dieng.
Dengan suhu 15-18 derajat Celcius pada malam hari, dan 21-25 derajat Celcius pada siang hari. Wajar jika lingkungan menjadi sehat, alami, segar, serta jauh dari kebisingan dan polusi kendaraan bermotor. Setiap pengunjung akan merasakan hawa sejuk yang menenteramkan batin dan pikiran.
Pabrik teh yang ada di lokasi kebun juga merupakan daya tarik sendiri karena pengunjung bisa melihat langsung proses pembuatan teh, mulai dari pemetikan, pengolahan sampai pengepakan di pabrik. “Obyek wisata ini bisa menjadi ajang pembelajaran bagi siapa saja yang ingin melihat dari dekat proses industri teh, mulai dari hulu hingga hilir,” kata Ir. Supriyono.
Di AKTP berbagai fasilitas juga bisa didapat pengunjung, mulai penginapan yang mampu menampung 130 orang 8 lokasi penginapan, sarana olah raga, arena berkemah, arena bermain anak-anak, gardu pandang, dan dapur masak. Untuk mengantar pengunjung mengelilingi kebun, pihak pengelola juga menyediakan sarana transportasi dan pemandu lokal.
Tak Hanya Jalan-Jalan di Kebun Teh
Selain wisata jalan-jalan di kebun teh pengunjung bisa juga mengikuti berbagai paket wisata yang ditawarkan pengelola seperti wisata pendidikan, wisata ke pabrik melihat procesing tea, hiking, treking, dan lain sebagainnya. Bahkan, pengelola juga menyediakan arena wisata minat khusus berupa kunjungan ilmiah mengenai tanaman teh.
Selain itu ada beberapa objek pendukung seperti Curung Binorong dan Curung Kembar, hamparan cengkeh di sepanjang lereng pegunungan, objek peninggalan sejarah seperti rumah peninggalan Belanda, kopel, kereta gantung, dan bak air Sijegang.
AKTP dapat ditempuh dengan kendaraan umum dari Batang, dengan rute Bandar - Blado - Pagilaran. Sedangkan untuk kendaraan pribadi dan kendaraan khusus (misalnya rombongan wisata), objek ini bisa ditempuh melalui beberapa rute.
Apabila kendaraan berangkat dari Yogyakarta, maka bisa melalui Temanggung yang membutuhkan waktu tempuh sekitar 3,5 jam. Sedangkan kendaraan dari Semarang bisa melewati Sukorejo, Kendal, yang mana hanya memerlukan waktu sekitar 2,5 jam. Sedangkan kendaraan dari arah Solo memerlukan waktu sekitar 4,5 jam.
Mentari Terbit dan Tenggelam di Kayu Landak
Sebagaian kecil kebesaran Illahi di AKTP bisa dinikmati dari mulai matahari terbit hingga matahari terbenam. Untuk melihat suasana indah saat matahari terbit bagi pengunjung yang menginap harus bersedia bangun pagi (04.00), karena untuk bisa menyaksikannya tempat paling cocok adalah di puncak tertinggi di lokasi Kayu Landak.
Untuk menuju Kayu Landak dibutuhkan waktu antara 30 menit hingga 90 menit. 30 menit bagi yang berkendaraan dan 1 jam 30 menit untuk yang berjalan kaki. Untuk rute perjalanan menuju Kayu Landak bisa melintasi jalan utama yang digunakan bagi kendaraan pabrik untuk mengankut teh setelah dipetik atau melalui jalan setapak yang biasa dilalui pemetik teh.
Khususnya untuk mobil tidak bisa melintasi jalan pemetik teh karena terlalu sempit. Jalanan menuju ke kebun teh hanya untuk satu mobil jadi kalau ingin mengendarai mobil ke puncak tersebut, jika bertemu dengan mobil pabrik jenis truck harus rela mengalah dan mundur cari tempat yang lebih luas untuk memberikan kesempatan mobil pabrik melintas.
Melintasi jalan bebatuan dengan berkendaraan maka kelokan tajam, tanjakan dan turunan yang terjal akan dijumpai dan bagi pemilik jiwa petualang lokasi ini sangat sesuai sebagai tempat latihan. Namun bagi yang hanya sekedar refreshing pengalaman baru ini tidak akan terlupakan.
Untuk menuju Kayu Landak dengan berbagai kondisi jalan maka jenis kendaraan offroad sangat dianjurkan seperti ATV, motor trail, sepeda gunung (sangat cocok untuk melintasi jalan-jalan di kebun teh atau melalui jalan pemetik teh) dan mobil offroad kecil.
Segala capek penat setelah berkendaraan dan berjalan menuju puncak Kayu Landak akan terbayar dengan keindahan yang memukau saat mentari menyapa bumi di puncak tertinggi Provinsi Jateng ini. Saat itu pula burung pentet, kutilang dan berbagai serangga saling bersahutan menyambut datangnya sang pagi.
Bagi pengunjung yang tidak menginap di lokasi ini atau yang datang siang hari, setelah melakukan tiwok, janganlah terburu untuk pulang. Atraksi alam lain dari Sang Khalik pun bisa disaksikan di tempat yang sama. Kalau di pagi hari tidak bisa menyaksikan matahari terbit, di puncak ini pula di sore hari mentari yang turun keperaduan bisa disaksikan. Lengkap sudah perjalanan wisata di AKTP, cobalah untuk datang dan menikmatinya.